Selasa, 21 April 2020

Menelaah Ciri Bahasa Cerita Fantasi

Mantan KA UPTD
Cerita fanta*i adalah cerita yang terdapat unsur magis, misteri, kesaktian, atau hal supranatural yang lain. Cerita jenis ini memberdayakan percampuran latar cerita dengan memfantas*kan latar masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Ciri bahasa yang terdapat dalam teks cerita jenis ini antara lain penggunaan kata ganti, kata pencerap panca indera, makna kias dan makna khusus, kata sambung penanda waktu, kata ungkapan keterkejutan, dan penggunakan dialog/ kalimat langsung.

A. Ciri kebahasaan
a) Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan (aku, mereka, dia, Erza, Doni)

b) Penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana)
  1. Latar tempat. Tiga rumah bergaya kerucut menyambut mataku. Emas dan berlian bertaburan di dinding rumah itu. Laboratorium berantakan. Semua peralatan pecah. Aneh hanya laptopku yang masih menyala.
  2. Latar suasana. Setetes air mata pun jatuh dari wajah Sang Ratu. Tak sepatah kata pun terdengar dari bibirnya. Kamar yang megah ini terasa sunyi dan penuh kesedihan.
  3. Latar waktu. Tengah malam tak ada bintang di langit itu. Mendung hitam nampak mengumpal. Lolongan anjing bersahut-sahutan menyambut malam yang semakin larut.

c) Menggunakan pilihan kata dengan makna kias dan makna khusus.
Makna kias adalah makna yang sudah mengalami peubahan karena susunan gramatik atau perasaan penutur. Makna khusus adalah makna yang cakupannya lebih kecil atau lebih spesifik.  Contoh: Alien itu berhidung mancung. Dengan hidungnya yang menjulang ia mengendus sekeliling.

d) kata sambung penanda urutan waktu
Kata sambung urutan waktu setelah itu, kemudian, sementara itu, bersamaan dengan itu, tiba-tiba, ketika, sebelum, dan sebaginya. Penggunaan kata sambung urutan waktu untuk menandakan datangnya tokoh lain atau perubahan latar, baik latar suasana, waktu, dan tempat. Contoh:
  1. Setelah buku terbuka aku terseret pada masa lampau.
  2. Dua tahun kemudian, Farta telah sampai di Planet Mars dan bertemu dengan Tatao.
  3. Akhirnya, Farta dapat menyelamatkan diri dari terkaman raksasa.
e) Penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan
Penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan berfungsi untuk menggerakkan cerita (memulai masalah)
Contoh
  1. Tiba-tiba seorang alien yang berukuran lebih besar datang.
  2. Tanpa diduga buku terjatuh dan halaman terbuka menyeret Nabila pada dunia lain.
  3. Di tengah kebahagiaannya datanglah musibah itu.

f) Penggunaan dialog/ kalimat langsung dalam cerita
“Raksasa itu mengejar kita!” teriak Fona kalang kabut. Aku ternganga mendengar perkataan Fona. Aku segera berlari.

Buatlah telaah cerita yang berjudul Kekuatan Ekor Biru Nagata dari segi bahasa yang digunakan! Lengkapi paparan. berikut!
KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA
StrukturKalimat
OrientasiSeluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana modo akan terukir di hati seluruh binatang.. Mereka akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
KomplikasiSaat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah pasukan cukup banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak panik.

Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara murka dan kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua binatang tetap tenang menunggu aba-aba dari Nataga.

“Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung dengan seluruh panglima.
i adalah cerita yang terdapat unsur magis Menelaah Ciri Bahasa Cerita Fantasi
Pasukan terdepan dari binatang-binatang hutan segera mengepung para serigala dengan lemparan bola api. Pasukan serigala sempat kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh di pihak serigala karena lemparan bola api. Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok serigala langsung mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang. Mereka tertawa mengejek binatang-binatang ketika banyak bola api yang padam sebelum mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka,mereka meniup bola api yang terbang menuju arah mereka.

“Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh amarah.

Binatang-binatang tidak putus asa. Namun, pasukan serigala dalam jumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan binatang, mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang yang mengepung. Binatang-binatang yang pantang menyerah juga tidak takut dengan gertakan para serigala.

“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga.

Nataga sempat bingung dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nataga segera memberi aba-aba berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan.

Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak, ekor Nataga mengeluarkan api besar. Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas. Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru. Teriakan panik dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak memberi ampun kepada para serigala licik itu.
ResolusiSelesai pertempuran Nataga segera menuju ke atas bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora memandang Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan bahagia.

1. Penggunaan kata yang mencerap panca indera untuk deskripsi latar (tempat, waktu, suasana)
Bahasa yang digunakan pada cerita Kekuatan Ekor Biru Nagata banyak menggunakan kata konkret untuk menggambarkan tokoh dan situasi dalam cerita.

Contoh penggambaran menyeramkan dari pasukan serigala digambarkan dengan kata konkret dengan pilihan kata yang tepat dipaparkan berikut.
Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara murka dan kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Cerita tersebut juga banyak menggunakan ungkapan dan majas. Ungkapan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta, terukir indah di hati merupakan bukti bahwa cerita ini menggunakan ungkapan dan majas untuk menggambarkan suasana penyerangan.

2. Penggunaan kata ganti dan nama orang sebagai sudut pandang penceritaan
Contoh penggunaan kata ganti dan nama sebagai sudut pandang penceritaan antara lain ditunjukkan pada kata : Nataga, mereka, Dewi Kabut, ia, Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora
3. Kata sambung penanda urutan waktu
Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas.

4. Penggunaan kata/ ungkapan keterkejutan
Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya.

5. Penggunaan dialog/ kalimat langsung dalam cerita
  1. “Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung dengan seluruh panglima.
  2. “Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh amarah.
  3. “Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga.

B. Menyunting Cerita dari Segi Bahasa
Sebelum disuntingSetelah disunting
“Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku gugup. Bingung. Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia dengan wajah setengah kera itu memandang sekeliling. Manusia purba itu menemukanku ketika aku menelitinya dan tanpa kusadari ia mengikutiku. Manusia purba itu akan mati jika tidak kembali dalam waktu 12 jam.“Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku berjalan berputar-putar. Melihat tak tentu arah sambil bernafas besar. Di kepalaku muncul berbagai macam pertanyaan dan kemungkinan yang semakin membuatku pusing. Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia dengan wajah setengah kera itu memandang sekeliling. Manusia purba itu menemukanku ketika aku menelitinya dan tanpa kusadari ia mengikutiku. Manusia purba itu akan mati jika tidak kembali dalam waktu 12 jam.
Blumm!!! aku terdorong masuk pada sebuah kerajaan masa lalu.Blumm!!! Aku terdorong masuk pada sebuah tempat berupa bangunan megah berwarna keemasan penuh dengan pilar pilar dan ornamen serta pahatan yang luar biasa indah.
C. Menelaah Hasil Melengkapi Cerita
1. Cerita Rumpang 1
StrukturKalimat
OrientasiSaya bertiga mendapat tugas untuk mewawancarai pegawai kantor bangunan yang menjadi pemborong bangunan-bangunan megah. Kantor itu dicat merah menyala, mencolok dibandingkan dengan kantor sejenis di kompleks itu. Ketika kami masuk, kami melihat lobi kantor yang cukup berantakan. Meski berantakan, fasilitas di kantor itu lengkap. Masih ada sofa yang bisa dipakai duduk. Di belakang lobi ada ruangan tertutup dengan menyisakan lorong untuk masuk ke lantai atas. Di dinding lorong tertempel gambar bangunan-bangunan yang akan dikerjakan kantor itu.

Salah satu gambar bangunan jatuh dan terinjak kakiku. Bumi seperti bergetar dan saya terseret ke dalam bangunan megah yang belum pernah aku kenal. Bangunan itu terus bergetar.
KomplikasiSalah satu gambar bangunan jatuh dan terinjak kakiku. Bumi seperti bergetar dan saya terseret ke dalam bangunan megah yang belum pernah aku kenal. Bangunan itu terus bergetar.

Kudengar ada yang memanggilku, "Kak tolong kami."  Tampak sekumpulan anak seragam biru putih berlarian. Wajah mereka ketakutan dan berusaha mencari tempat berlindung.

Tiba-tiba salah satu sisi dinding mulai retak dan gentingnya mulai berjatuhan. Badanku tidak bisa bergerak meski lantai bangunan tersebut mulai terasa bergetar.

Seorang pegawai bangunan mendekatiku, dan berkata, "Jangan diam saja! Keluar dari sini!" Pegawai tersebut berlari ke kanan dan ke kiri, seolah mencari pijakan di lantai yang terus bergerak.

Salah seorang mendekatiku dengan langkah olengnya. Aku lihat gambar yang terjatuh itu di kakiku. Wajahnya ketakutan.
Resolusi"Ada apa? Kenapa wajahmu pucat pasi seperti itu? Kamu sedang sakit?" tanyanya sambil menepuk bahuku. Aku terkejut dan dengan segera mengangkat kakiku.

"Kamu pasti tertidur. Sudah hampir 1 jam kita menunggu di sini, tapi pegawai kantornya belum tampak juga." Aku menghela napas dalam-dalam. Ternyata aku tertidur dan bermimpi buruk.

2. Cerita Rumpang 2
StrukturKalimat
OrientasiDengan tergesa Meza menuju perpustakaan sekolahnya. Tugas dari guru Bahasa Indonesia harus dikumpulkan siang nanti jam ke 7. Padahal dia belum membaca sama sekali buku biografi yang ditugaskan.  Perpustakaan masih sepi ketika Meza memasuki perpustakaan. Dia harus menemukan buku tersebut agar Meza dapat segera menyelesaikan tugasnya. Tiba-tiba mata Meza menangkap sebuah buku biografi tentang Bung Tomo yang terletak di meja baca.
KomplikasiDengan cepat diambilnya sebuah buku biografi yang sudah ada di meja baca. Buku itu nampak sedikit lusuh. Dia membaca buku tentang biografi Bung Tomo. Pada halaman ke sepuluh dia ditarik Bung Tomo diajak berjalan-jalan menyaksikan perjuangan pada 10 Nopember 1945.

Dia diajak memasuki Hotel Yamato dan melihat pasukan Belanda memasang bendera mereka. Bung Tomo berteriak memberi semangat para pejuang lainnya untuk merebut bendera tersebut. Meza ikut berlari menyaksikan Bung Tomo merebut bendera Belanda tersebut dan merobek bagian birunya. 
Resolusi""Kamu sedang apa, Meza? Kenapa tertidur di ruang baca?" terdengar suara dari belakang Meza. Petugas perpustakaan mengagetkannya.

"Oh, maaf. Saya sedang mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Tetapi ketika sedang membacanya, saya tertidur," kata Meza malu.

"Segera diselesaikan, Meza. Bel masuk hampir sebentar lagi berbunyi."Meza menata bukunya dan mengembalikan buku biografi tersebut.

Petugas perpustakaan terkejut, "Sudah selesai, ya?"Dengan tersenyum dan mengangguk, Meza berlalu. Mimpinya serasa nyata. Dan dari mimpinya, dia yakin bisa menjawab tugasnya