Rabu, 29 April 2020

Sub Modul 15

Mantan KA UPTD

Sub Modul 15

Bencana merupakan hal yang terjadi secara tidak terduga Sub Modul 15
  Sub Modul 15

cara membuat baju dari bahan daun  - Evakuasi
  



A.    UMUM
Bencana merupakan hal yang terjadi secara tidak terduga, sehingga seringkali menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah yang tidak sedikit. Untuk menolong para korban bencana tersebut kegiatan yang utama harus dilakukan adalah evakuasi. Kegiatan ini harus dilakukan secepat dan sesegera mungkin agar korban bencana tersebut dapat segera  tertolong dan menghindari banyaknya korban yang meninggal dunia.
Kemampuan evakuasi ini mutlak diperlukan oleh para relawan kebencanaan, sebab mereka nanti akan berada di garis depan saat kegiatan evakuasi. Selain itu, dalam kaitannya dengan kegiatan evakuasi, pertolongan pada korban dalam bencana yang berhubungan dengan air (water rescue) juga sangat penting untuk diketahui oleh para relawan sehingga pada kondisi apapun para relawan akan selalu siap dalam bekerja.
Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan yang baik mengenai kegiatan evakuasi agar mereka dapat selalu siap jika dibutuhkan di lapangan. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
(1)    Memahami mengenai tujuan evakuasi.
(2)    Memahami pertimbangan dalam evakuasi.
(3)    Memahami elemen kemampuan evakuasi.
(4)    Memahami teknik pertolongan di air.
(5)    Memahami aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penyelamatan
(6)    Memahami dan mampu menganalisa potensi korban

Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1)    Tujuan evakuasi.
(2)    Pertimbangan dalam evakuasi.
(3)    Elemen kemampuan evakuasi.
(4)    Bahaya di perairan.
Untuk membantu peserta memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1)    Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
(2)    Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
(3)    Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban yang tersedia.
(4)    Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal untuk melanjutkan ke materi berikutnya.
(5)    Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.

B.    KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) memahami mengenai tujuan evakuasi, (2) memahami pertimbangan dalam evakuasi, (3) memahami elemen kemampuan evakuasi, (4) mampu menjelaskan bahaya di perairan, (5) mampu memahami ombak dan arus, (6) mampu menjelaskan langkah-langkah pada sebuah keadaan darurat, dan (7) mampu menjelaskan prinsip-prinsip upaya pertolongan


B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.
1.     Tujuan Evakuasi
Tujuan memindahkan/evakuasi korban adalah:
a.    Menyelamatkan jiwa.
b.    Mencegah cacat.
c.    Membantu proses penyembuhan.
d.    Memindahkan dari tempat bahaya ke  tempat yang mempunyai fasilitas memadai.

2.    Pertimbangan Evakuasi
Evakuasi dilakukan apabila ada bahaya api, lalu lintas, asap beracun atau hal lain yang dapat membahayakan korban maupun penolong. Apabila tidak ada hal yang membahayakan sebisa mungkin lakukan pertolongan pertama di tempat korban ditemukan.

3.    Syarat yang harus dipertimbangan dalam evakuasi:
a.    Keselamatan.
1)    Diri Sendiri: a. PPE misal. helm, kacamata, sarung tangan dan sepatu; b. Peralatan yang memadai sesuai kondisi; c. Mengakui kekurangan yang ada pada dirinya.
2)    Orang di Sekitar korban
3)    Korban
b.    Medis
1)    Kondisi Korban Stabil (jalan napas terbuka, pernapasan normal, sirkulasi baik)
2)    Perdarahan terkontrol
3)    Patah tulang sudah diimobilisasi/dibidai
4)    Luka sudah diatasi sementara
5)    Pengawasan dalam evakuasi

4.    Pemindahan
Dalam memindahkan korban hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.    Nilai kesulitan saat proses pemindahan,
b.    Rencanakan gerakan sebelum mengangkat/memindahkan korban,
c.    Kehati-hatian, angkat korban perlahan untuk menghindari cedera lebih parah, perhatikan bagian kepala, leher dan tulang belakang terutama saat korban tak sadar.
d.    Keamanan, kenyamanan korban selama evakuasi/tata letak sudah sesuai.
e.    Peralatan memadai.
f.    korban tetap stabil.
g.    Kecepatan sampai ke rumah sakit.
h.    Pengawasan selama tranportasi.
Pemindahan korban dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a.    Pemindahan Darurat
Dilakukan bila ada bahaya yang mengancam, misal. Ancaman kebakaran, ancaman ledakan, ancaman bangunan runtuh, adanya bahan berbahaya dan cuaca buruk. Biasanya dilakukan bila penolong kurang jumlahnya atau tidak cukup kuat mengangkat korban.
Contoh cara pemindahan darurat:
1)    Tarikan lengan
2)    Tarikan bahu
3)    Tarikan baju korban
4)    Tarikan selimut
5)    Teknik menjulang
b.    Pemindahan Biasa
Dilakukan jika keadaan tidak membahayakan korban maupun penolong. Cara pemindahan biasa, contoh:
1)    Teknik angkat langsung
2)    Teknik angkat anggota gerak

5.    Elemen kemampuan Evakuasi
a.    Pertolongan Pertama (First Aid)
b.    Tehnik Evakuasi/pemindahan
1)    Peralatan dan fungsinya
2)    Pembuatan/pengikatan tandu darurat.
3)    Simpul dan Tali Temali (Rope and Knoting)
4)    Pertolongan di air (Water Rescue)

6.    Peralatan Evakuasi dan fungsinya
a.    PPE (Helm, Kacamata, Sarung tangan, sepatu)
Berfungsi melindungi penolong dari cedera dan resiko tertular penyakit berbahaya ketika melakukan evakuasi.
b.    Tandu (beroda, lipat, kursi, basket, scoope, papan spinal/LSB, selimut, Improvisasi)
Berfungsi sebagai alat bantu evakuasi korban ke tempat yang aman.

7.    Pembuatan/pengikatan tandu darurat
Apabila peralatan tandu tidak ada/tidak memadai sedangkan korban memerlukan evakuasi segera, maka penolong dapat memanfaatkan alat-alat disekitarnya untuk membuat tandu.
Syarat-syarat dasar yang harus dimiliki sebuah tandu adalah:
a.    Aman, yaitu: pengikatan harus kuat, korban terlindung dari kemungkinan benturan, mudah di pegang oleh penolong saat pelaksanaan evakuasi.
b.    Nyaman, yaitu: selama pergerakan evakuasi korban merasa nyaman, ukuran tandu tidak sempit.
c.    Tidak memperparah korban

8.    Macam-macam tandu darurat berdasarkan bahan pembuatannya:
a.    Menggunakan selimut
Bentangkan selimut di tanah, taruh dua batang kayu/bambu dengan jarak 1/3 lebar selimut, lipat selimut menutupi kedua buat batang kayu/bambu tersebut. Berat korban akan menahan lipatan pada tempatnya.
b.    Menggunakan tali (clove hitch stretcher)
Langkah 1: bentuk 8-10 loop untuk membentuk alas tandu, panjang loop disesuaikan dengan tinggi korban, lebar kurang lebih 25-30 cm.
Langkah 2: Ambil bagian tali yang panjang, dan ikat satu sisi dengan simpul clove, menyisakan kurang lebih 10 cm untuk tempat memasukkan bambu
Langkah 3: Lakukan hal yang sama pada sisi yang lain hingga sisa tali terpakai semua,
Langkah 4: Masukkan 2 batang bambu ke simpul kanan dan kiri.
c.    Menggunakan baju
Gunakan dua buat baju yang berbahan kuat dan 2 bilah kayu/bambu yang diselipkan ke dalam baju sebagai penyangga

9.    Simpul dan Tali Temali (Rope and Knotting)
a.    Tali (ropes)
Dalam segala kegiatan kedaruratan, tali merupakan hal yang mutlak dibutuhkan.
Jenis-jenis tali:
1)    tali serat alami
Tali ini terbuat dari bahan-bahan alami (serat daun alami, serat kulit kelapa atau serat rerumputan), tali ini kekuatan bebannya rendah, tidak disarankan untuk kegiatan ascender/descender.
2)    tali sintesis
Tali ini merupakan tali buatan dengan bahan sintesis, lebih kuat dan ringan sehingga mudah dibawa. Tali ini paling sering digunakan. Beberapa tali sintesis yakni:
a)    polypropylene
Tali yang terbuat dari bahan ini tidak menjadi lemah dalam keadaan basah. Oleh karena itu sering dipergunakan dalam olah raga air. Namun tali ini tidak tahan terhadap sinar matahari yang berlebihan.
b)     polyester
Keunggulan tali ini tahan terhadap gesekan, punya kelenturan yang baik dan renggannya kecil.
c)     nylon
Tali ini pada umumnya 17 % lebih ringan daripada polyster, tali ini terbuat dari bahan yang sangat elastis sehingga tidak dapat dipergunakan untuk menarik sesuatu yang berat. Tali ini tidak bias terkena air karena dapat menyerap air sehingga tali menjadi sangat berat.
d)    hauzerlaid
Tali sintesis yang dijalan seperti serat alam dengan mesin, sering dipakai terutama untuk berlatih turun tebing.
e)    karmantle
Tali karmantle mempunyai 2 bagian, yakni :
* kern (tali) yang terdiri dari serat putih
* mantle (luar) yang merupakan anyaman untuk melindungi tali.


polypropylene   
polyester   
nylon
                
Hawserlaid                                                 kernmantel

Gambar 15.2. Jenis-jenis tali

b.    Simpul (Knotting)
Simpul adalah ikatan pada tali/tambang atau media lain yang sengaja dibuat untuk keperluan tertentu. Banyak digunakan dalam kegiatan panjat tebing.
Jenis-jenis simpul
1)    Simpul Delapan (figure eight knot) Digunakan pada ujung tali dan untuk menghubungkan tali dengan sabuk pengaman. Bentuk nya menyerupai angka delapan.
2)    Simpul Delapan ganda (double figure eight knot) Bentuk sama dengan simpul delapan tapi menggunakan dua tali.
3)    Simpul Italia (Italian Knot) Untuk menambat pengaman dan dipakai untuk rappling, belaying.
4)    Simpul Kambing (bowline knot) Untukmengikat tali pada sabuk pengaman
5)    Simpul kacamata Untuk menambat tali pada bilayer yang dipakai pada tengah tali.
6)    Simpul nelayan ganda (double fisherman knot) Untuk menyambung dua tali yang tidak sama besar tetapi sejenis dan licin.
7)    Simpul sambung pita (tipe knot) Untuk menyambung pita atau webbing.
8)    Simpul jerat (prussik) Untuk mengunci pada tengah tali utama dan untuk menambah ketinggaian.
9)    Simpul pengunci (over hand) Untuk pengunci pada tengah tali utama dan ujung tali yang terpasang.
10)    Simpul mati Untuk menyambung tali yang sama besar.
11)    Simpul pangkal untuk mengikat tali pada tiang.

10.    Pertolongan di Air (Water Rescue)
Selain di daratan, bencana juga seringkali terjadi di perairan. Apabila itu terjadi relawan harus memiliki pengetahuan tentang pertolongan di air. Pengetahuan tentang pertolongan darurat di air dapat menentukan hidup dan mati. Water rescue merupakan teknik pertolongan korban/evakuasi yang dilakukan di air. 
Sebelum melakukan pertolongan di air, maka relawan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.    Perhitungan / pertimbangan
    Kemampuan penolong untuk memilih dan menentukan kemampuan yang dimiliki, serta metode yang harus dilakukan. Penolong harus bisa memilih metode pertolongan yang paling cepat dengan resiko kecil.
b.    Pengetahuan
    Pengetahuan mengenai bahaya-bahaya ketika berada di air, contoh: panik, letih, kram, arus air, ombak dan biota air.
c.    Keahlian
    Seorang relawan harus mempunyai keahlian di setiap aspek pertolongan di air.
d.    Kesiapan fisik dan mental
    Seorang relawan harus dalam kondisi fit sebelum melakukan pertolongan, kesiapan mental juga dibutuhkan karena berhubungan dengan jiwa yang terancam.

11.    Perlengkapan water rescue
Adapun perlengkapan dalam pertolongan di air adalah sebagai berikut:
1)    Perahu
    Perahu water rescue harus tahan benturan dan abrasi, biasanya terbuat dari campuran sintetis nylon, EPDM (karet sintetis), PVC, neophrene, dan hipalon. Perahu haruslah mudah dikendalikan.
2)    Pompa
    Berfungsi memasukkan udara ke dalam perahu, dibagi 2 (dua): pompa tangan dan pompa kaki.
3)    Repair Kit
    Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit dan bahan penambal.
4)    Tali Penyelamat (rescue rope)
    Berfungsi untuk penyelamatan, juga berguna untuk lining saat scouting. Tali yang digunakan terbuat dari bahan nylon berwarna mencolok agar dapat dilihat oleh korban.
5)    Kantung Kedap Air (Dry Bag)
    Berfungsi untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan dan benda-benda lain agar tidak basah.
6)    Carabiner
    Alat yang terbuat dari alumunium alloy, berfungsi menghubungkan satu alat dengan lainnya, misalnya throw bag dengan D-ring (cincin yang ada disamping perahu)


7)    Dayung
    Berfungsi untuk manuver, mengarahkan, menambah dan mengurangi kecepatan perahu. Biasa berbentuk T-grip di pegangannya dan belah (blade) di dayungnya.
8)    Helm
    Berfungsi melindungi kepala dari benturan, terbuat dari bahan yang kuat tapi ringan dengan lubang-lubang kecil diatasnya.
9)    Jaket Pelampung
    Berfungsi untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh dari benturan.
10)    P3K
    Obat-obatan dan peralatan perawatan harus disesuaikan dengan kondisi medan, cuaca dan waktu tempuh menuju korban.
11)    Peluit
    Untuk membantu memberikan kode bahaya tertentu.
12)    Rescue Sled Inflatable Litter
    Digunakan untuk mengevakuasi korban
13)    Flotation Colar
    Alat tambahan evakuasi dengan ditambah basket stretcher agar dapat mengapung.
14)    Ring Buoy
    Alat penyelamatan korban tenggelam, digunakan dengan cara melemparkannya ke korban agar dipegang.
15)    Peralatan Selam
    Seperti snorkel, baju selam, tabung oksigen, google, dan lain-lain.
16)    Sea view underwater viewer
    Alat untuk melihat keadaan di bawah air.
17)    dll






12.    Personal Flotation Device (PFD)
PFD atau Jaket Penyelamat adalah perlengkapan utama yang harus dipakai relawan saat melakukan pertolongan di air. Bentuk PFD bermacam-macam, ada yang berbentuk jaket, rompi sederhana, full body suit, dan sebagainya tergantung kegunaannya.
Berdasarkan bahan pembuatnya, jenis-jenis PFD antara lain: PFD syntetic fiber, PFD pelampung busa atau PFD pelampung udara. Dibuat berwarna terang sehingga mudah terlihat.
Bentuk-bentuk PFD:
1)    Pelampung Udara, mempunyai daya apung tinggi tetapi rentan terhadap benturan keras (misal. Bebatuan) sehingga cukup berisiko. Terbuat dari vinil yang berat/lebat dengan 1 (satu) kantong udara yang dapat digelembungkan dengan menarik tali atau memukul klep. Kantong akan terisi oleh gas asam-arang.
2)    Pelampung Padat, terbuat dari spons, cukup tahan terhadap benturan namun apabila terendam dalam air pada jangka waktu yang lama maka daya apung pelampung akan berkurang.

13.    Klasifikasi PFD
PFD dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe :
1.    Tipe I / Off-shore life jacket
    digunakan pada korban di air, posisi korban dapat dari depan maupun dari belakang penolong dan mempunyai daya apung 20 pon. Merupakan PFD yang baik agar tetap mengapung pada air yang bergelombang apabila pertolongan terlambat datang. Biasanya dapat ditemukan pada kapal-kapal komersial.
2.    Tipe II / Near-shore buoyant vest
    hampir sama dengan tipe I tetapi mempunyai ukuran lebih besar, mempunyai daya apung 15,5 pon dan digunakan pada air yang tenang.
3.    Tipe III / Flotation aid
    merupakan pelampung yang paling nyaman dan memiliki banyak ukuran, daya apung 15,5 pon dan dengan posisi wajah diatas


4.    Tipe IV / Throwable device
    penggunaannya dengan melemparkannya kepada korban, berbentuk seperti cincin yang dapat mengapung dengan tali untuk menarik. Pemakaiannya dengan mendekatkannya ke dada, PFD ini sangat penting dalam keadaan darurat.
5.    Tipe V / Special use devices
    dirancang untuk aktivitas tertentu, petunjuk penggunaan biasanya terdapat pada label di pelampung.

14.    Cara masuk ke air
adakalanya relawan perlu masuk ke dalam air untuk menolong korban, berikut adalah cara masuk air yang aman dalam pertolongan di air:
1.    Slide in entry
digunakan jika relawan tidak mengetahui kondisi perairan maupun kedalaman. Cara ini paling aman dilakukan.
Langkah 1. buat posisi seaman mungkin ditepi air, masukkan salah satu kaki
Langkah 2. rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak
Langkah 3. jatuhkan badan dan gunakan tangan untuk menahan berat badan.
2.    Step in
digunakan jika air jernih, kedalaman diketahui dan tidak ada benda membahayakan di air.
Langkah 1. lihat arah tujuan di air
Langkah 2. melangkah dengan berhati-hati pada tepian perairan
Langkah 3. ketika telah masuk ke air, pastikan lutut dan kaki menekuk/fleksi atau kaki menyentuh bokong
3.    Compact jump
digunakan untuk mencapai kedalaman yang lebih dari 2 meter.
Langkah 1. letakkan kedua tangan menyilang pada dada
Langkah 2. melangkah di tepian air dengan satu kaki dan masuk ke air dengan kedua kaki dalam posisi lurus, gerakan tubuh vertikal dan memakai pelindung sesuai kebutuhan.
Langkah 3. setelah dalam air pengereman dapat dilakukan dengan tangan atau kaki.

4.    Straddle entry
digunakan jika masuk ke air yang dalam dari ketinggian yang rendah dan korban dapat terlihat. Teknik ini tidak digunakan pada ketinggian lebih dari 1 m/perairan dangkal.
Langkah 1. ambil jarak yang cukup dari tepian
Langkah 2. lakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya agak menekuk, posisi tangan lurus ke samping dan ke depan. Pandangan lurus ke depan.
Langkah 3. setelah di air, lakukan gerakan menekan tangan ke bawah dan gerakkan kaki seperti gunting, jaga agar kepala tetap diatas air.
5.    Shallow dive
digunakan pada perairan yang jernih, kedalaman air dapat diketahui dan keadaan dibawah air dapat dilihat.  

15.    Metode pertolongan sendiri (self rescue)
dasarnya adalah agar tidak menambah korban baru, relawan harus memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu.
Beberapa hal yang harus diketahui ketika melakukan self rescue diantaranya adalah:
1.    Daya apung (buoyancy)
dibagi menjadi 3, yaitu: daya apung positif/tubuh berada di permukaan, daya apung negatif/tubuh tenggelam dan diantara keduanya.

Gambar 15.4. Daya apung (buoyancy)
2.    Mengambang
adalah usaha mengambangkan tubuh tanpa melakukan gerakan, tekanan air akan mendorong tubuh keatas dengan sendirinya. Biasanya dilakukan untuk beristirahat diantara upaya penyelamatan.
3.    treading
adalah usaha berenang mengambang secara vertikal, kepala berada diatas permukaan air, biasanya untuk mengetahui arah penyelamatan.
4.    Berenang
ada 4 gaya dalam renang yang harus dikuasai seorang relawan, yaitu: gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu-kupu.
5.    Menggunakan pelampung
    pelampung berfungsi menjaga hidung dan mulut agar tetap berada diatas air, digunakan dengan cara dipegang atau disandar ke bawah lengan. Pelampung tidak untuk dinaiki.

Gambar 15.6. Gaya renang




16.    Teknik water rescue
1)    Mengenali korban
a.     korban panik/tidak bisa berenang
keadaan korban:     1)     gerakan tidak teratur, vertikal dengan permukaan air
    2)     pandangan tidak tertuju ke daratan
    3)     konsentrasi tertuju pada pernapasan
    4)     ekspresi wajah panik, mata terbuka lebar
    5)     tidak mengikuti perintah/tidak kooperatif
penyelamatan :     1) kemungkinan membahayakan penolong
2)    penolong harus berpengalaman
3)    tetap beri semangat tanpa melakukan kontak
b.    korban kelelahan (perenang kelelahan)
keadaan korban:     1) posisi membentuk sudut dengan permukaan air
    2) pandangan ke daratan
    3) kepala timbul tenggelam
    4) gerakan tangan dan tungkai masih bisa berenang
    5) ekspresi wajah cemas
    6) masih kooperatif
penyelamatan :     1)     dampingi tanpa melakukan kontak
    2)     tetap beri semangat
c.     korban terluka
keadaan korban:     1)     posisi memegangi bagian yang cidera
    2)     ekspresi wajah panik, cemas, mengeluh sakit
penyelamatan :     1)     bawa ke tepi sambil perhatikan cedera korban
    2)     beri penanganan
d. korban pasif
keadaan korban:     1)     posisi tengkurap, bisa di permukaan/dasar air
    2)     tidak kooperatif
    3)     masih aktif jika menerima rangsangan
penyelamatan :     1)     beri rangsangan suara atau sentuhan
    2)     bawa korban ke tepi
2)    Prioritas
prinsip-prinsip dasar yang harus diketahui penolong:
a.     Keselamatan penolong adalah yang utama
b.     hindari kontak dengan korban, gunakan alat bantu untuk menambah jangkauan, jaga jarak dengan korban
c.     kontak dengan korban adalah pilihan terakhir
d.     penolong wajib menggunakan pelampung
3)    Mendekati korban
4)    Evakuasi
5)    Melepaskan diri
6)    Bloking


B.2 Rangkuman
1.    Evakuasi korban bertujuan untuk Menyelamatkan jiwa, mencegah cacat, membantu proses penyembuhan, memindahkan dari tempat bahaya ke  tempat yang mempunyai fasilitas memadai yang harus mempertimbangkan aspek keselamatan, medical, pemindahan.
2.    Elemen yang harus di milliki seorang evakuator dalam mengevaluasi korban adalam kemampuan dalam first aid, memahami tentang teknik pemindahan termasuk pemahaman tentang peralatan evakuasi.
3.    Rope adalah serat yang dirajut sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan sesuai dengan besar kecilnya yang bisa di manfaatkan dalam evakuasi korban dengan dilengkapi dengan peralatan pendukung evakuasi lainnya seperti carabiner, prusik, puley,webbing, tandu, dan sebaginya.
4.    Prinsip pembuatan tandu untuk korban yaitu aman, nyaman, dan tidak memperparah korban.
5.    Pembagian tugas sesuai dengan pertimbangan lokasi dan prediksi korban yang akan ditolong.




B.3 Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1)    Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan evakuasi korban adalah …
a.    Menyelamatkan jiwa
b.    Mencegah cacat
c.    Membantu proses penyembuhan
d.    Menambah penghasilan
2)    Elemen yang harus di milliki seorang evakuator dalam mengevaluasi korban adalah  …
a.    Kemampuan motivasi
b.    Kemampuan analisis
c.    Kemampuan dalam first aid
d.    Kemampuan bertempur
3)    Tandu darurat dapat dibuat dari bahan sebagai berikut:
a.    Kaos oblong
b.    Kapas
c.    Daun pisang
d.    Selimut
4)    Berikut adalah simpul yang digunakan untuk membuat tandu tali:
a.    Simpul clove
b.    Simpul pita
c.    Simpul italia
d.    Simpul prussik
5)    Teknik membawa korban pada pertolongan di air adalah:
a.    Perlahan
b.    Hidung korban berada diatas air
c.    Korban mengarahkan gerakan penolong
d.    Penolong dapat bergerak bebas
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40, peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C.    Glossary
Prusik: adalah jenis tali yang biasa digunakan untuk pendakian karena sangat kuat, dalam ukuran yang lebih besar tali ini disebut kern mantel.
Tali kermantel: Salah satu jenis tali nylon yang sangat kuat.

D.    Referensi
1.    Juliati Susilo, dkk. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Madya. Palang Merah Indonesia.  Jakarta.
2.    Pengantar Pertolongan di Air diakses dari http://www.ksrunhas.org tanggal
19 September 2010.
3.    Aditya Perdana DW, 2008. Pengenalan Dasar Water Rescue. Jakarta: Dharma Wiguna.
4.    Puguh Sihwidijono, 2004. Pertolongan Korban di Air Tenang Dan Self Rescue. Jamnas VII PTBMMKI.
5.    No Name, 2007. Teknik Renang, diakses dari http://www.wikipedia/renang tanggal
29 September 2010.
6.    Pengantar Pertolongan di Air diakses dari http://www.ksrunhas.org tanggal 29 September 2010.
7.    No Name, 2007. Personal Floatating Device diakses dari  http://www.fishstate.pa.us/pdf tanggal 29 September 2010.
8.    No Name, 2007. Personal Floatating Device diakses dari  http://www.pawaterrescue/pdf tanggal 29 September 2010.
9.    Puguh Sihwidijono, 2004. Pertolongan Korban di Air Tenang Dan Self Rescue. Jamnas VII PTBMMKI.
10.    Syofyan, 2007. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana di Sumatera Barat. Seminar Nasional Penanggulangan Bencana Jamnas XI PTBMMKI.
11.    Ino Supriatno, 2006. Teknik Mendayung, diakses dari http://www.hmgunpad/artikel/olahragaarusderas tanggal 29 September 2010.
12.    No Name, 2007. Teknik Renang, diakses dari http://www.wikipedia/renang tanggal
29 September 2010.
13.    No Name, 2007. Water Safety, diakses dari http://www.irishwatersafety.com tanggal
29 September 2010.
14.    No Name, 2007. Water Safety, http://www.marinesafetyvictoria/watersavety tanggal
29 September 2010.

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  cara membuat baju dari bahan daun

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Cara Menjahit Kain Flanel 

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : bpbdkabserang.ddns.net/doc/Paparan/.../Modul%2021.%20Evakuasi-mod(2)